Bismillah…
Assalaamu’alaykum…
Hmm, Mendefinisikan Perguruan tinggi Idaman. Sebuah tema yang terjangkau bagi penulis. Tema yang tak begitu sulit untuk menafsirkannya atau membahasakannya dalam bentuk kalimat. Sehingga para blogger pun menyambut gayung dan menabuh gendering dengan riang mengikuti kompetisi blog yang diadakan oleh UII (Universitas Islam
Tiap orang punya pandangan yang berbeda dalam menyikapi suatu tema, dipengaruhi lingkungan, teman, pekerjaan, orang-orang di sekelilingnya, dll (hehe.. maaf malah pelajaran Sosiologi ^^).
Dan mungkin kalau kita telisik setiap pendapat itu ada benarnya, namun dari sekian yang benar, pasti ada yang paling benar. ^^
MENDEFINISIKAN PERGURUAN TINGGI IDAMAN. Definisi ini bias kita lihat dalam bentuk criteria-kriteria yang menjurus ke perguruan tinngi idaman.
KRITERIA PERGURUAN TINGGI/UNIVERSITAS IDAMAN
- Mahasiswanya mempunyai SQ dan EQ yang bagus, tak hanya IQ (yang bagus).
Telah didengung-dengungkan kalau EQ itu lebih mempengaruhi keberhasilan/kesuksesan seseorang daripada IQ. Spiritual/ religi/ agama itu komprehensif/menyeluruh/kaffah, emosipun diatur di
Kecakapan dalam beragama dan beremosi juga harus dipandu dengan ilmu-ilmu. Maka dari itu kita seharusnya berilmu sebelum beramal.
Emosional itu tidak hanya bermakna sempit yakni bertempramen tinggi, namun bagaimana penyikapannya bila dihadapkan pada suatu masalah.
Seorang mahasiswa dengan SQ dan EQ yang bagus pasti bias menyelesaikan masalah dengan kunci (baca:ilmu) yang telah dipelajari. Bias tercermin dari kesabarannya dan ketawadhu’annya. Sikapnya yang dengan masalah itu bias menjadi batu loncatan untuk memasuki level masalah yang lebih tinggi dan kelak bias membawa pulang hadiah berupa pahala. Dia juga akan berkhusnudzon pada Allah, menerima (qona’ah), ikhlas dan ridho dengan masalah itu serta tidak mengeluh. Karena mengeluh hanya akan menambah sesak dada.
Mahasiswa dengan SQ dan EQ bagus (tak hanya Iq yang bagus) diharapkan bias menyelesaikan masalah dengan baik, bijaksana, dan arif. Sehingga iklim ini bias berimbas pada teman-temannya dan mungkin bias merubah iklim seantero pelosok universitas (baca: kampus). Hehe ambisius juga ya * smiles *
>> jika niat belum benar, mari perbaiki
Mungkin ada sebagian mahasiswa yang kuliah hanya untuk mendapatkan gelar, bukan suatu tendensi yang seharusnya dihadirkan.
Yang perlu dituju ialah ilmu, yang bias kita manfaatkan di hari kemusian. Sia-sia saja bila tendensi kita hanya gelar, ilmu-ilmu yang seharusnya bias masuk dalam pundi-pundi memory kita amblas begitu saja tak tersisa. Hanya menyisakan Fulan, SX dan skripsi. Jika kita berolarh ilmu, ilmu itu bias berguan dan bermanfaat.
“Menuntut ilmu itu wajib bagi muslimin dan muslimat.” So mari kita luruskan niat kita, kita kuliah untuk mencari ilmu (bukan mencari nilai!!), mengharap ridho-Nya. Karena banyak sekali manfaat menjadi orang yang berilmu; malaikat meletakkan sayapnya ke kita, pahala pulang pergi kayak jihad fisabilillah, kita
>>Mengadakan acara-acara yang meningkatkan spiritualitas kita
Seperti kajian/ mengkaji ilmu-ilmu islam, akan semakin memperkokoh SQ/EQ kita. Sebaiknya diagendakan seberapa pekan sekali atau berapa bulan sekali
- Mahasiswa mengerti bahwa lebih utama proses daripada hasil
Kemengertian seseorang akan lebih Utama proses daripada hasil akan membuatnya bersikap jujur, amanah, bertanggungjawab, sehingga kecurangan-kecurangan tidak terjadi. Sehingga apa-apa yang murni kita serap bias diketahui dosen dengan baik. Semua hal butuh proses. Jika kita mengutamakan hasil (baca:nilai) maka mahasiswa serasa diajak bertanding bagaimana agar nilainya bagus tanpa memperhatikan norma-norma yang berlaku. Mahasiswa yang kurang baik akan menghalalkan segala cara demi nilainya baik, demi lulus tepat waktu.